Inilah Aturan Standar Perintah OrangTua Kepada Anak


Mendidik anak merupakan sebuah pekerjaan yamg membutuhkan keahlian khusus. Setiap orang tua dituntut untuk meyadari dan memahami bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini, termasuk para orang tua yang terlahir dengan kemampuan untuk menguasasi dan memahami seluruh aspek ilmu pengetahuan atau segala hal, tapi setiap orang bisa belajar dan mempelajari bermacam ilmu pengetahuan dan menguasai beberapa keahlian dengan baik sesuai dengan bakat dan kapasitas yang dimilikinya

Kebanyakan orang tua merasa dan cendrung memahami bahwa mereka selalu lebih tahu dan lebih memahami dibanding anak. Orang tua seperti ini cendrung memposisikan anak dalam kondisi tertekan dibawah bayang – bayang pemikiran orang tuanya sendiri. 

Orang tua cendrung tidak memahami bahwa zaman telah berubah. Dunia pada saat mereka dibesarkan dulu tidak lagi sama dengan masa sekarang dimana anak – anak mereka tumbuh menjadi besar dan suatu saat nanti menjadi dewasa pada masanya kelak dan pastinya masa itu juga berbeda dengan masa sekarang, masa dimana saat – saat mereka dibesarkan

Beberapa hal berikut ini, dapat dijadikan acuan dan pedoman yang bisa dipahami oleh para orang tua dalam memberikan perintah dan menetapkan aturan terhadap anak, dengan harapan anak dengan senang hati dan berkesadaran mau dan rela mengikuti setiap perintah dan aturan tersebut sebagaimana seharusnya :
  1. Jangan meremehkan anak - Dalam beberapa hal, anak dapat memahami lebih dari apa yang dipikirkan orang tua. Orang tua harus memberikan kesempatan lebih kepada anak untuk membuktikan apa yang dia bisa. Biarkanlah anak melaksanakan perintah yang diberikan dengan cara dan pemikiran mereka sendiri. Buatlah mereka yakin bahwa anda mempercayainya dan bimbinglah mereka untuk tetap menjaga kepercayaan yang telah anda berikan. Berpikir buruk tentang mereka hanya akan merusak diri dan jiwa anda sendiri dan sekaligus juga akan merusak perkembangan anak.
  2. Jangan menggunakan ancaman – Cinta dan acaman adalah dua hal yang saling bertolak belakang. Orang tua yang mencintai anaknya tidak akan pernah mengancam anak, sebab ketika menerima dan mendapat acaman, anak akan cendrung memahami sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukan. Anak yang mendapat ancaman dalam proses pendewasaannya akan selalu memakai aneka cara berbohong untuk terbebas dari ancaman itu dan sebagai pembuktian bahwa dia bisa dan mampu lolos dari hukuman 
  3. Jangan menyogok dan menyuap – Jika orang tua biasa membujuk anak untuk belajar dengan memberikan sejumlah uang, artinya orang tua sudah memberikan pemahaman yang salah tetantang pentingnya belajar bagi anak. Anak juga akan gagal memahami akan arti pentinya belajar untuk diri dan masa depannya. Anak akan memahami bahwa uang lebih penting dari belajar atau uang adalah segala – galanya. Dengan uang semua beres karena semua bisa dibeli dengan uang
  4. Jangan menuntut anak untuk berjanji – Orang tua yang bijak paham betul bahwa anak tidak akan bisa menepati janji sebagaimana yang telah dia ucapkan. Dengan memaksa seorang anak untuk berjanji, maka artinya sama dengan orang tua sudah memaksa anak untuk berbohong karena dia tidak akan pernah mampu untuk melaksanakan janjinya itu
  5. Jangan terlalu mengekang - Untuk tumbuh secara normal anak-anak membutuhkan beberapa ruang, beberapa kesempatan dan beberapa kebebasan untuk mengekspresikan diri dan mendapatkan pengakuan serta anaka pengalaman yang berguna untuk masa depannya kelak. Berikanlah anak ruang yang cukup untuk tumbuh dan berkembang dibawah pengawasan dan bimbingan moral dan akhlak serta kepercayaan yang bertanggungjawab dari orang tuanya
  6. Jangan menggunakan kata-kata yang kasar dan berlebihan – Orang tua harus mampu menjaga dan menyampaikan ide dan gagasannya secara simple dan sesederhana mungkin, sehingga lebih mudah untuk dipahami anak. Jika perlu pakailah kosa kata yang sudah umum dipakai anak, sehingga proses komunikasi menjadi lebih menyambung dua arah
  7. Jangan mengharap kepatuhan dan ketaatan instan - Anak harus belajar untuk berpikir, kenapa dia harus melaksanakan dan atau tidak melaksanakan suatu perintah. Orang tua harus memberi bimbingan yang cukup dan alasan yang jelas serta masuk akal 
  8. Jangan terlalu memanjakan anak – Orang tua harus mampu memberikan dan mengungkapkan kasih sayangnya secara pantas dan wajar agar kasih sayang itu tidak berubah menjadi bentuk pemanjaan terhadap anak. Pemanjaan hanya akan mengakibatkan hilangnya kompentensi anak yang seharusnya tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya 
  9. Jangan berkompromi terhadap aturan permainan – anak harus dididik dan diajari untuk selalu berbuat jujur dan menjauhi sifat curang. Dalam bermain, orang tua dan anak harus mampu penghormatan aturan dan kesepakatan awal dalam setiap permainan yang dimainkan 
  10. Jangan memaksakan aturan yang sama untuk semua usia anak - Anak adalah anak – anak, bukan manusia dewasa dalam ukuran mini. Anak mempunyai jiwa dan kesanggupan yang berbeda sesuai dengan tingkatan umurnya. Sebuah aturan yang ditetapkan bisa jadi terlalu mudah pada satu anak dan menjadi terlalu berat bagi anak yang lain 
  11. Jangan membangun sekat fisikologis – Orang tua harus selalu berusaha untuk berlaku adil pada setiap anak, sehingga tidak ada anak yang merasa lebih diistimewakan dan sementara anak yang lain merasa diabaikan. Pahamilah bahwa setiap anak itu istimewa dengan segenap kelebihan dan kekurangannya dan tidak ada manusia diciptakan sempurna, termasuk orang tuanya sendiri 
  12. Jangan melupakan tugas yang sudah diberikan – ketika orang tua memberikan suatu perintah kepada anak, maka orang tua harus serius dengan perintahnya itu dan meminta pertanggungjawaban hasil dari pelaksanaan perintah itu. Orang tua tidak boleh secara langsung mengambil alih tugas yang sudah diberikan kepada anak agar anak tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bertanggungjawab. 
Semua " perintah untuk orang tua " ini bukan berarti hanya terbatas dipahami oleh orang tua saja, tetapi harus juga dipahami oleh para guru yang diaplikasikan dalam strategi pendidikan yang mengacu kepada perkembangan dan pertumbuhan fisik dan emosi anak sebagai generasi masa depan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar